Sejarah Kopi di Sulawesi Utara: Dari Kolonial Hingga Kini

sejarah kopi di sulawesi


Sejarah Kopi di Sulawesi Utara - Dimulai pada abad ke-16, Spanyol datang ke tanah Minahasa yang subur. Mereka membawa bibit kopi asli Amerika Selatan dan mulai menanamnya. Ternyata, pada tahun 1541, kopi minahasa sudah diekspor ke Cina! Manado pun jadi pusat perdagangan kopi yang ramai.


Tapi, Kedatangan Belanda mengubah semua aturan main. Mereka menghilangkan pengaruh Spanyol dan menguasai perdagangan kopi. Sayangnya, Belanda membuat kehidupan petani kopi menjadi menderita. Kejayaan kopi Minahasa perlahan memudar. Namun, pada tahun 1796, seorang Hukum Tua bernama Bastian Enoch Rambing membawa bibit kopi dari Jawa Timur walaupun hasilnya kurang memuaskan.


Tahun 1822, Belanda memutuskan untuk mendatangkan orang-orang dari Jawa untuk melatih para petani kopi di Sulawesi Utara. Dan hasil kopi mulai meningkat, tapi ada sisi gelapnya, para petani mulai dipaksa bekerja lebih keras. Tahun 1824, semua hasil kebun kopi dimonopoli, dan yang tidak patuh akan dihukum.


bibit kopi
Foto: Pembibitan Kopi


Meskipun begitu, antara tahun 1853 - 1859, kopi di Sulawesi Utara kembali naik daun, berkat Residen Albert Jacques Frederic Jansen. Sayangnya, sekitar tahun 1879, penyakit karat daun mulai mengganggu. Belanda bahkan mencoba membawa kopi liberika, tetapi juga gagal. Akhirnya, pada tahun 1907, bibit kopi robusta dibawa masuk dan berhasil bertahan hingga kini. Pusat perkebunan kopi robusta terbesar ada di kaki Gunung Ambang.


Sekitar tahun 2012, kopi arabika baru mulai dibudidayakan lagi di daerah Koya, Tondano. Meski produksinya masih terbatas, kopi Koya sudah menjadi incaran para pencinta kopi dari seluruh Indonesia. Kini, petani kopi di Sulawesi Utara, termasuk keturunan petani dari Jawa, terus melestarikan kopi ini, Kopi bukan cuma sekadar minuman, kopi sudah jadi bagian dari budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat di Sulawesi Utara.

LihatTutupKomentar